Penyakit kencing manis (DM) adalah penyakit hormon (metabolik indrokrin) yang menahun progresif. Penyebabnya : Kekurangan hormon insulin relatif/absolut, atau Insulin normal/berlebih tetapi kurang sensitif.
Bahkan kalau dibiarkan akan menimbulkan gejala trias DM (sering haus, sering lapar, banyak kencing) dan lemas. Berat badan juga akan menurun drastis dan ada gejala komplikasi organ yang meliputi mata, ginjal, jantung, saraf, dan lain-lain.
Akhir-akhir ini banyak dilaporkan kegagalan sekunder terhadap pemakaian obat DM tablet, terutama golongan sulfonilurea jangka panjang sehingga pengobatan penderita menjadi DM bergantung pada insulin/DM tipe 1 (DMTS).
Demikian dijelaskan dr Mardi Santoso DTHM SpPD dalam disertasinya untuk memperoleh gelar Doktor Ilmu Kedokteran UGM Yogya. Dalam ujian promosi Pasca-Sarjana, promovendus dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan sebagai doktor ke-546 UGM.
Mardi S mengatakan, kasus DM bergantung pada insulin pada kegagalan sekunder DMTD (DM tipe 2), yaitu kasus-2 baru makin meningkat dengan lamanya menderita DMTD lebih dan 5 tahun.
Telah ada kasus yang diagnosis awalnya DMTD, setelah 10-15 tahun menjadi penderita DMTS. Karena itu, tingkat ketergantungan pada insulin mencapai 10%-20% dengan komplikasi DM yang terlambat dan kekerapan rata-rata 20%-32%. Jika terdapat komplikasi ginjal, kegagalan sekunder meningkat rata-rata sampal 50 %.
Dia juga mengungkapkan, pada penderita DMTS klasik patogenesis terjadinya DMTS terutama karena adanya proses imunologis atau reaksi autoimun yang dapat menimbulkan efek destruksi pada sel beta pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin absolut.
Penderita DMTD yang telah mendapat terapi standar secara optimal, yaitu berupa perencanaan makan, OHO (obat penurun gula darah), dan olahraga, pada umumnya DM dapat terkendali baik atau sedang selama bertahun-tahun.
Akan tetapi setelah 5-15 tahun terapi standar sebagian penderita DMTD tetap terkendali, sebagian penderita lain memerlukan monoterapi insulin untuk mengendaiikan gula darah dan menghilangkan gejala akibat hiperglikemia (kadar gula tinggi) kronik. (Sumber : detik.com / Aguk; disarikan dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar