Ada sebuah humor tentang seorang buta yang hadir dalam KKR kesembuhan ilahi. Ia menghampiri pembicara dan mohon matanya disembuhkan.
Penginjil: "Anda buta, tetapi Anda bisa sampai ke tempat ini?" Orang buta: "Karena saya berjalan dengan Iman, Pak." Penginjil: "Bagus, iman jugalah yang akan menyembuhkan Bapak!" Orang buta: "Man … Man … (sambil mendekap anaknya yang bernama Iman, yang tadi menuntunnya) kenapa kamu enggak pernah bilang kalau kamu bisa menyembuhkan bapakmu?"
Berjalan dengan iman tentu tidak seperti humor di atas. Berjalan dengan iman juga bukan nekat, berjalan tanpa dasar. Namun berjalan berdasarkan keyakinan bahwa firman Tuhan itu "ya" dan "amin". Abram adalah contohnya. Ketika Tuhan memanggilnya keluar dari Ur dan pergi ke tempat yang akan ditunjukkan Tuhan, sesungguhnya ia tidak tahu di mana dan seperti apa tempat itu. Akan tetapi, Abram tetap taat. Bagaimana bisa? Surat Ibrani menjelaskan dengan gamblang, yaitu "dengan iman". Artinya, Abram percaya pada setiap firman dan janji yang keluar dari mulut Allah.
Iman dan firman adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Iman tanpa dasar firman Tuhan bukanlah iman sejati. Sebagai contoh, kerap kali ketika gereja akan mengadakan sebuah acara, seseorang mengatakan bahwa sukses tidaknya acara tersebut bergan-tung pada iman yang ada. Sementara, iman menuntut adanya tindakan. Maka penting sekali, sebelum mengatakan "mari beriman", kita menguji diri terlebih dulu dengan firman Tuhan. Dan selalu mendasari iman dengan kebenaran firman Tuhan.
IMAN TANPA DASAR ADALAH IMAN YANG BUTA
Sumber : Yayasan Gloria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar